(Ra)
Aku telah menyiapkan semesta baru untukmu Ge, yang penuh dengan rindu, harapan, dan cinta. Namun, kau pergi tanpa penjelasan, meninggalkanku dengan luka dan kecewa yang tak tahu harus kuobati dari sisi mana terlebih dulu.
Tanganmu adalah tempat yang kusukai, namun aku tak pernah tahu bahwa tanganmu juga memberi nyaman pada tangan yang lain.

(Ge)
Ra, kukira melanjutkan hubungan denganmu akan menyakiti kita berdua. Karena meskipun kau sempurna, itu tidak cukup mengisi kekosongan dalam diriku, aku lantas mencari sesuatu yang tidak bisa kau berikan.
Namun Ra, nyatanya mengakhiri kita membuatku lebih tersiksa. Rasanya seperti seisi bumi menghardikku sebagai orang paling gagal yang pernah mencintaimu, aku merasa karma sedang menghujamku.
Ra, bisakah aku kembali menjadi milikmu?
Adakah kesempatan untukku menyembuhkan lukamu, lagi?

***

Kelu. Tidak ada lagi kata-kata yang mampu kueja. Tangan l bergetar dan segera kututup lini masa akun media sosial milikmu. Bagiku, ini sudah cukup. Perjalananku harusnya selesai. Rindu-rindu ini harusnya juga sudah usai. Selamanya, rasa bersalah akan terus memayungi langitku hingga nanti. Entah bagaimana caranya, semesta lagi-lagi memukulku dengan telak, diputarnya sebuah pertunjukan yang menyadarkanku bahwa cintaku yang penuh khianat memang tidak pernah pantas mewujudkan mimpi-mimpi indah seorang perempuan yang pernah mencintaiku dengan hebat. Pada akhirnya, ego-ego yang kumenangkan justru mengantarku pada luka dan menenggelamkanku pada rindu yang tidak akan pernah sampai pada muaranya. Selamanya.