Jendral tidak paham, mengapa angka selalu menjadi patokan orang-orang untuk bisa dikatakan sukses? Padahal, menurutnya sukses adalah ketika mencapai segala sesuatu yang dicitakan, bukan? Namun, Papa selalu menekankan kepada Jendral untuk bisa menyamakan prestasi yang diraih oleh Jevano, kembarannya, dalam bidang akademis, sedangkan apa yang bisa Jendral lakukan adalah memanfaatkan kekuatannya. Untuk itu, dirinya berusaha di bidang taekwondo agar Papa juga bisa bangga dengannya di jalan yang berbeda.

Hanya saja, Jendral masih belum diterima. Jika bukan angka, segalanya hanya terlihat sia-sia oleh Papa. Hingga tanpa sadar, daya saing dan rasa iri pun tumbuh di hati Jendral. Kini, ia memandang Jevano menjadi lawan yang harus dirinya saingi agar Papa bisa melihat Jendral sebagai anak yang dapat dibanggakan.
Sampai suatu ketika, tragedi besar menamparnya. Apakah Jendral bise membuat orang tuanya bangga dengan jalannya sendiri. Atau, ia hanya akan berakhir menyesal dengan segala rasa iri yang dirinya rasakan?