Motor Adam berhenti tepat di depan toko yang bisa dibilang sudah cukup tua. Mata Caca tak berhenti melihat ke sekitar area toko tua itu seraya membuka helmnya. Suasana malam dan sepi, ditemani lampu jalan yang temaram, menambah aksen tenang di sekitar sini.
“Tadi katanya ke sini pas lagi sedih aja, kalau sekarang lagi seneng, kok ke sini?” tanya gadis itu tanpa mengalihkan pandangan.
“Karena mau bawa lo aja, biar tahu tempat keukaan gue.”

Adam Joandra, sosok remaja tampan dan manja yang harus rela menanggalkan fasilitas kekayaannya lantaran perbuatannya sendiri. Akhirnya, untuk menghidupi dirinya dan membuktikan diri ke ayahnya, Adam tinggal di rumah sahabatnya dan memiliki ide untuk berjualan seblak. Sejak itulah, ia dikenal sebagai “Adam Seblak.”

“Beli seblak Adam, dapat foto sama orang ganteng.” Begitulah gaya berjualan Adam. Hingga suatu ketika, saat diputuskan dari pacarnya yang matrealistis, Adam bertemu dengan Caca, seorang gadis yang selalu diselingkuhi dan dimanfaatkan oleh mantan-mantannya. Satu kejadian membuat mereka menjadi semakin dekat. Lagi-lagi, nasib baik tak berpihak ke Adam. Ayah Caca tidak menyukai Adam. Akankah Adam memperjuangkan Caca atau justru menyerah pada keadaan?