Siang itu di bawah terik matahari yang menyengat terdengar suara teriakan minta tolong. Sosok anak laki-laki yang terjatuh ke dalam sungai. Kepala anak laki-laki itu mendongak naik ke atas permukaan, berharap dapat meminta bantuan kepada teman-temannya yang duduk di bebatuan hitam, dekat tepian sungai. Tapi, lambaian tangan dan teriakannya tidak digubris sama sekali. Mereka hanya diam menatapnya tidak peduli.

“Tolong,” rintih anak itu berulang kali dengan napas yang sesak. Ia tak mampu menahan napas lagi. Tubuhnya terasa kaku dan dingin. Ia tidak sanggup bergerak lagi. Air mulai masuk ke dalam mulutnya, hingga membuatnya kesulitan benapas.

Paru-parunya terasa penuh dengan air. Suara teman-temannya pun sudah tak terdengar lagi. Hati anak laki-laki itu terasa sesak. Kenapa temantemannya tega sekali membiarkannya tenggelam? Apa mereka sengaja melakukan ini padanya? Kenapa tidak ada satu pun yang menolongnya?

Tubuh anak laki-laki itu semakin lemas tak berdaya, perlahan dirinya tenggelam, dan hanyut ke dasar sungai. Mungkin, ini akhir dari hidupnya sehingga perlahan matanya mulai terpejam.

Sebentar lagi ia akan sebentar lagi ia akan mati. Lebih baik mati dari pada hidup sendiri tak memiliki teman dan dibenci.

Aku mau mati, gumam anak laki-laki itu dalam hati.